Jumat, 19 Mei 2017

1. SEJARAH 
Desa Leuwilajah, Kecamatan Rajagaluh, Majalengka adalah salah satu sentra anyaman rotan yang terkenal. Di sentra ini ratusan orang menjadi perajin anyaman rotan. Dengan kerapian tinggi dan proses natural, produk kerajinan rotan asal Rajagaluh ini diminati pasar Eropa. Kerajinan anyaman rotan menjadi usaha yang populer di Kecamatan Rajagaluh, Majalengka. Tak hanya dipasarkan dalam negeri, hasil industri kerajinan masyarakat Majalengka ini juga menembus pasar ekspor. Pamor kerajinan anyaman rotan di Rajagaluh terlihat jika kita memasuki salah satu wilayah seperti Desa Leuwilajah. Di desa ini terlihat pemandangan utama berupa kolam air ukuran 10 m x 5 m atau lebih besar. Kolam-kolam itu digunakan para perajin untuk merendam rotan mentah supaya lebih awet dan tidak gampang lapuk. Selain Leuwilajah, Rajagaluh, sentra lain yang memproduksi anyaman rotan di Majalengka adalah Desa Mindi, Kecamatan Leuwimunding, dan Desa Balagedok, Kecamatan Sindangwangi. Hanya saja nama Rajagaluh paling populer di antara sentra lain. Data Dinas Perindustrian Kecamatan Majalengka menunjukkan, di wilayah ini terdapat 14 eksportir anyaman rotan dan menyerap 30.000 tenaga kerja. "Kalau di Rajagaluh hanya ada lima eksportir anyaman rotan," kata Ikhwan Hidayanto, salah satu eksportir anyaman rotan di Rajagaluh dengan nama Tjakil Furniture. Dari lima eksportir tersebut, menurut Ikhwan, ada ratusan perajin lain yang menyuplai produk. Dia sendiri saat ini bekerja sama dengan sekitar 50 perajin rotan. Ikhwan menambahkan, Rajagaluh menjadi wilayah utama produksi kerajinan anyaman rotan karena paling banyak pemain. Selain perajin kelas rumahan, ada juga perajin dengan tenaga kerja puluhan hingga ratusan. Selain itu ada juga eksportir kelas kakap. Bisnis kerajinan anyaman rotan di Majalengka, khususnya Rajagaluh, menurut Ikhwan dimulai sejak 1975. Walaupun daerah ini bukan penghasil rotan, namun karena banyak pihak yang bergantung dengan bisnis ini. Majalengka menjadi terkenal karena rotan. Undi, salah satu perajin anyaman rotan di Rajagaluh sejak 1980-an, bercerita. Dia mengatakan, masyarakat Majalengka dari dulu memang sudah terkenal sebagai perajin anyaman bambu yang andal. Dari banyak perajin anyaman bambu, ada yang masih menekuni bisnis anyaman bambu sampai sekarang, namun ada juga yang berpindah ke bahan baku rotan. Mulai tahun 1975, banyak perajin yang mencoba menggunakan bahan baku lain selain bambu. Mereka meniru Kota Cirebon yang terlebih dahulu memanfaatkan rotan sebagai bahan baku kerajinan. Dengan berbagai pelatihan dan sosialisasi hingga 1980, mulailah warga Majalengka turut memproduksi kerajinan rotan. Produk anyaman rotan yang berasal dari Majalengka digemari karena rapi. Menurut Undi, salah satu produknya yang digemari adalah anyaman keranjang rotan. Selain rapi, pengolahan rotan mentah yang khas juga menjadikan kerajinan asal Majalengka banyak dicari. Warna-warna anyaman rotan yang dihasilkan juga lebih natural. Mereka menggunakan bahan pewarnaan alam untuk memproses warna putih rotan mentah menjadi abu-abu. Namun, tanaman semak yang digunakan untuk pewarnaan tersebut tak mau dibocorkan. "Itu menjadi rahasia pengolahan rotan di sini," kata Ikhwan. Untuk bisa menghasilkan warna abu-abu, rotan harus direndam selama sebulan dengan campuran bahan tanaman semak tadi. Karena kerapian dan kekhasan itulah, banyak importir dari Eropa datang ke Majalengka. Mereka mencari pemasok bagi toko-toko mereka di berbagai negara. "Importir Eropa biasanya melihat produk anyaman dari kerapian, presisi, dan proses pengolahan yang alamiah," kata Ikhwan. Kerapian dan presisi sebuah produk anyaman rotan bisa terlihat dari jalinan anyaman, dan lekukan yang proporsional. 

Bahan Baku Utama

Bahan baku utama industri kerajinan rotan adalah rotan olahan setengah jadi baik berukuran besar maupun kecil. Sebelum diolah menjadi kerajinan rotan, rotan dipanen setelah masak tebang untuk memperoleh rotan yang berkualitas. Pemanenan yang dilakukan tidak tepat dapat menghasilkan warna tidak cerah dan keriput. Pada rotan tanaman masak tebang diperkirakan antara 7-8 tahun untuk rotan berdiameter kecil dan 12-15 tahun untuk rotan diameter besar. Untuk pemanenan di hutan alam biasanya ditandai: sebagian daun menguning dan mengering, kelopak daun berwarna coklat kehitaman dan rontok, dan batang berwarna hijau tua. Pemanenan dilakukan pada musim kemarau untuk memudahkan pengeringan dan tunggak sisa panen tidak membusuk. Pemanenan dilakukan dengan memotong pangkal batang rotan dan selanjutnya ditarik dari rumpun atau batang pengait. Penarikan ini dapat menyebabkan batang rotan putus atau rusak terutama untuk rotan dengan diameter besar.
Setelah dipanen bagian ujung rotan dipotong untuk menghilangkan bagian yang muda. Bagian muda ini dapat merusak rotan dengan terserang jamur dan menurunkan mutu bahan menjadi keriput setelah mengering. Bagian batang yang tua selanjutnya dibersihkan dari duri, kelopak dan kotoran. Pada jenis rotan yang mengandung silika dilakukan proses runti, yaitu dengan melewatkan rotan pada sepotong bambu kemudian ditarik berulang-ulang atau memukul-mukul rotan dengan kayu. Rotan yang telah dibersihkan selanjutnya dipotong sesuai permintaan. Rotan berdiameter besar biasanya dipotong sepanjang 3 meter dan rotan diameter kecil dipotong sepanjang 6 meter. Selanjutnya rotan ikatan menjadi bundelan untuk dibawa kepengumpul. Pegangkutan dilakukan sesuai dengan jarak dan alat transportasi yang tersedia, biasanya ditarik oleh pemungut atau hewan ternak, diangkat dengan gerobak atau perahu. Pada proses pengangkutan terjadi kerusakan baik fisik seperti tergores, retak, pecah dan biologis seperti serangan jamur.
Pengumpul rotan selanjutnya mensortir untuk mendapatkan rotan yang berkualitas dan selanjutnya dijemur 2-3 hari menghasilkan rotan asalan/rotan bulat basah/UWS (unwashed and sulphurized). Rotan ini memiliki kadar air di atas 20%. Selanjutnya adalah proses pengolahan rotan menjadi bahan mentah.
Pengolahan rotan menjadi barang setengah jadi dan barang jadi: Pengolahan barang setengah jadi menghasilkan produk seperti rotan bulat kupasan, kulit rotan, hati rotan dan berupa komponen mebel terpisah. Sedangkan barang jadi adalah produk siap pakai yang terdiri dari mebel, tikar, lampit, keranjang, krei, lampu dan lain-lain. Pada beberapa industri pengolahan barang setengah jadi dan barang jadi biasa menjadi satu sehingga sulit membedakan tahap pengolahannya.
Pengolahan barang setengah jadi Proses pengolahan rotan besar dan rotan kecil berbeda sesuai dengan pemanfaatannya. Pada rotan besar proses yang dilewati meliputi: polis kasar, polis halus dan pengampelasan (mesin), kikis kulit/scraping (mesin kupas), pemutihan (pengasapan atau bahan kimia), pembengkokan/pelengkungan (bakar/steaming/bahan kimia). Selanjutnya barang setengah jadi dapat di bundling untuk dikirim atau diolah untuk memperoleh barang jadi. Pada rotan kecil biasanya melalui proses pembelahan, kecuali sebagai natural cane pada barang jadi. Proses yang dilewati meliputi: Perendaman, pembelahan, Trimming kulit, pembentukan hati, pencucian, pemutihan, conditioning dan selanjutnya dapat di bundling.

Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi maupun hasil proses diluar dari bahan baku utama. Bahan penolong yang digunakan adalah kayu, besi, serat pelepah pisang, eceng gondok, pandan laut, dan rotan sintetik (plastik).

Bahan Penunjang

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk melengkapi proses produksi adalah kemasan.
2. Aspek teknis produksi
Pengolahan rotan asalan dan setengah jadi menjadi suatu produk sangat tergantung pada tujuan dan bentuk barang yang diinginkan. Sedangkan proses pembuatan produk sangat tergantung pada kreasi, imajinasi, dan keterampilan pembuatnya. Proses pembuatan barang jadi merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan dan pengolahan rotan) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk jadi secara manual). Pengusahaan barang jadi rotan merupakan usaha yang padat karya atau menyerap banyak tenaga kerja manusia yang memiliki keterampilan. Proses pembuatan furniture rotan secara umum terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut.
3. Proses Produksi Furnitur Rotan Persiapan bahan baku
Pada tahap ini bahan baku dipersiapkan mulai dari jenis rotan, dan ukuran rotan yang dipakai. Selain itu dipersiapkan juga bahan penolong seperti dempul, amplas, sending sealertop coat, pewarna, dan tinner.
Pembentukan Rotan
Pada tahap ini dilakukan pengukuran bahan baku dengan mempertimbangkan spilasi ukuran. Setelah itu dilakukan pemotongan bahan baku yang telah dibuat ukurannya. Dalam pemotongan akan dilakukan juga pembuatan sambungan antar rangka mebel. Setelah pemotongan selesai, kemudian dilakukan pembengkokan sesuai dengan model atau tipe yang direncanakan. Pembengkokan dapat dilakukan dengan cara dipanaskan dengan kompor semprot atau steaming oven.PerakitanProses ini merupakan kegiatan merangkai komponen-komponen yang telah dibuat sebelumnya. Perakitan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil dan berpengalaman karena sangat menentukan bentuk, ukuran dimensi, dan proses selanjutnya.
Pre-finishing, Finishingpengeringan, dan seleksi
Pre-finishing terdiri dari beberapa tahapan yaitu amplas dasar, dempul, dan pengomporan. Sedangkan pada kegiatan finishing terdiri dari pewarnaan, penyemprotan melamin sending sealer, amplas sending, penyemprotan melaine top coat.
Pembuatan rangka
Proses pembuatan rangka rotan di pengrajin akan melalui beberapa tahapan. Pada proses awal rotan akan diberi perlakuan steam (pemanasan) di dalam suatu tabung alumunium berbentuk silinder memanjang selama 1,5 jam. Tabung steam (pemanasan) dapat memuat sebanyak 60 batang rotan berdiameter 26-28 mm untuk sekali pemanasan. Proses pemanasan ini dilakukan dengan uap panas yang dihasilkan dari proses perebusan air yang dihubungan dengan tungku pembakaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan pengrajin dalam membentuk rotan sesuai dengan rancangan bentuk produk yang akan dihasilkan karena biasanya rotan akan menjadi lebih lentur. Setelah proses pemanasan, rotan akan dikeluarkan dari dalam tabung dan mulai dibentuk dengan menggunakan alat tertentu (catok). Komponen yang sudah dibentuk tersebut kemudian akan disambungkan atau disatukan dengan menggunakan paku sehingga terbentuk rangka utama. Bekas sambungan antar komponen pada rangka biasanya akan ditutupi dengan kulit rotan yang tipis sehingga akan tampak lebih rapi. Kegiatan ini disebut dengan proses ikat. Pada tahapan akhir akan dilakukan proses dekor yaitu kegiatan penambahan beberapa komponen kecil pada rangka utama sehingga rangka terlihat menarik dan bernilai artistik. Proses dekor ini disesuaikan dengan gambar rancangan produk yang telah dibuat oleh perusahaan. Setelah itu produk akan diperiksa kelayakannya oleh mandor (QC) sebelum diangkut ke perusahaan.
Proses penjemuran krajinan rotan yang sudah jadi



pembuatan kerangka pot bunga ukuran besar


            pembuatan kerangka pot bunga ukuran besar



Gambar pot bunga yang sudah jadi



Proses pembuatan keranjang buah 


Proses pembuatan keranjang buah



Gambar keranjang buah yang sudah jadi



Admin blog bersama kerajinan rotan


Admin blog bersama kerajinan rotan











1 komentar: