1. SEJARAH
Desa Leuwilajah, Kecamatan Rajagaluh,
Majalengka adalah salah satu sentra anyaman rotan yang terkenal. Di sentra ini
ratusan orang menjadi perajin anyaman rotan. Dengan kerapian tinggi dan proses
natural, produk kerajinan rotan asal Rajagaluh ini diminati pasar Eropa.
Kerajinan anyaman rotan menjadi usaha yang populer di Kecamatan Rajagaluh,
Majalengka. Tak hanya dipasarkan dalam negeri, hasil industri kerajinan
masyarakat Majalengka ini juga menembus pasar ekspor. Pamor kerajinan
anyaman rotan di Rajagaluh terlihat jika kita memasuki salah satu wilayah
seperti Desa Leuwilajah. Di desa ini terlihat pemandangan utama berupa kolam
air ukuran 10 m x 5 m atau lebih besar. Kolam-kolam itu digunakan para perajin
untuk merendam rotan mentah supaya lebih awet dan tidak gampang lapuk. Selain
Leuwilajah, Rajagaluh, sentra lain yang memproduksi anyaman rotan di Majalengka
adalah Desa Mindi, Kecamatan Leuwimunding, dan Desa Balagedok, Kecamatan
Sindangwangi. Hanya saja nama Rajagaluh paling populer di antara sentra lain. Data
Dinas Perindustrian Kecamatan Majalengka menunjukkan, di wilayah ini terdapat
14 eksportir anyaman rotan dan menyerap 30.000 tenaga kerja. "Kalau di
Rajagaluh hanya ada lima eksportir anyaman rotan," kata Ikhwan Hidayanto,
salah satu eksportir anyaman rotan di Rajagaluh dengan nama Tjakil Furniture.
Dari lima eksportir tersebut, menurut Ikhwan, ada ratusan perajin lain yang
menyuplai produk. Dia sendiri saat ini bekerja sama dengan sekitar 50 perajin
rotan. Ikhwan menambahkan, Rajagaluh menjadi wilayah utama produksi kerajinan
anyaman rotan karena paling banyak pemain. Selain perajin kelas rumahan, ada
juga perajin dengan tenaga kerja puluhan hingga ratusan. Selain itu ada juga
eksportir kelas kakap. Bisnis kerajinan anyaman rotan di Majalengka,
khususnya Rajagaluh, menurut Ikhwan dimulai sejak 1975. Walaupun daerah ini
bukan penghasil rotan, namun karena banyak pihak yang bergantung dengan bisnis
ini. Majalengka menjadi terkenal karena rotan. Undi, salah satu perajin
anyaman rotan di Rajagaluh sejak 1980-an, bercerita. Dia mengatakan, masyarakat
Majalengka dari dulu memang sudah terkenal sebagai perajin anyaman bambu yang
andal. Dari banyak perajin anyaman bambu, ada yang masih menekuni bisnis
anyaman bambu sampai sekarang, namun ada juga yang berpindah ke bahan baku
rotan. Mulai tahun 1975, banyak perajin yang mencoba menggunakan bahan
baku lain selain bambu. Mereka meniru Kota Cirebon yang terlebih dahulu
memanfaatkan rotan sebagai bahan baku kerajinan. Dengan berbagai pelatihan dan
sosialisasi hingga 1980, mulailah warga Majalengka turut memproduksi kerajinan
rotan. Produk anyaman rotan yang berasal dari Majalengka digemari karena rapi.
Menurut Undi, salah satu produknya yang digemari adalah anyaman keranjang
rotan. Selain rapi, pengolahan rotan mentah yang khas juga menjadikan kerajinan
asal Majalengka banyak dicari. Warna-warna anyaman rotan yang dihasilkan
juga lebih natural. Mereka menggunakan bahan pewarnaan alam untuk memproses
warna putih rotan mentah menjadi abu-abu. Namun, tanaman semak yang digunakan
untuk pewarnaan tersebut tak mau dibocorkan. "Itu menjadi rahasia
pengolahan rotan di sini," kata Ikhwan. Untuk bisa menghasilkan warna
abu-abu, rotan harus direndam selama sebulan dengan campuran bahan tanaman
semak tadi. Karena kerapian dan kekhasan itulah, banyak importir dari
Eropa datang ke Majalengka. Mereka mencari pemasok bagi toko-toko mereka di
berbagai negara. "Importir Eropa biasanya melihat produk anyaman dari
kerapian, presisi, dan proses pengolahan yang alamiah," kata Ikhwan.
Kerapian dan presisi sebuah produk anyaman rotan bisa terlihat dari jalinan
anyaman, dan lekukan yang proporsional.
Bahan Baku Utama
Bahan baku utama industri kerajinan rotan adalah rotan olahan setengah jadi baik berukuran besar maupun kecil. Sebelum diolah menjadi kerajinan rotan, rotan dipanen setelah masak tebang untuk memperoleh rotan yang berkualitas. Pemanenan yang dilakukan tidak tepat dapat menghasilkan warna tidak cerah dan keriput. Pada rotan tanaman masak tebang diperkirakan antara 7-8 tahun untuk rotan berdiameter kecil dan 12-15 tahun untuk rotan diameter besar. Untuk pemanenan di hutan alam biasanya ditandai: sebagian daun menguning dan mengering, kelopak daun berwarna coklat kehitaman dan rontok, dan batang berwarna hijau tua. Pemanenan dilakukan pada musim kemarau untuk memudahkan pengeringan dan tunggak sisa panen tidak membusuk. Pemanenan dilakukan dengan memotong pangkal batang rotan dan selanjutnya ditarik dari rumpun atau batang pengait. Penarikan ini dapat menyebabkan batang rotan putus atau rusak terutama untuk rotan dengan diameter besar.
Setelah dipanen bagian ujung rotan dipotong untuk menghilangkan bagian yang muda. Bagian muda ini dapat merusak rotan dengan terserang jamur dan menurunkan mutu bahan menjadi keriput setelah mengering. Bagian batang yang tua selanjutnya dibersihkan dari duri, kelopak dan kotoran. Pada jenis rotan yang mengandung silika dilakukan proses runti, yaitu dengan melewatkan rotan pada sepotong bambu kemudian ditarik berulang-ulang atau memukul-mukul rotan dengan kayu. Rotan yang telah dibersihkan selanjutnya dipotong sesuai permintaan. Rotan berdiameter besar biasanya dipotong sepanjang 3 meter dan rotan diameter kecil dipotong sepanjang 6 meter. Selanjutnya rotan ikatan menjadi bundelan untuk dibawa kepengumpul. Pegangkutan dilakukan sesuai dengan jarak dan alat transportasi yang tersedia, biasanya ditarik oleh pemungut atau hewan ternak, diangkat dengan gerobak atau perahu. Pada proses pengangkutan terjadi kerusakan baik fisik seperti tergores, retak, pecah dan biologis seperti serangan jamur.
Pengumpul rotan selanjutnya mensortir untuk mendapatkan rotan yang berkualitas dan selanjutnya dijemur 2-3 hari menghasilkan rotan asalan/rotan bulat basah/UWS (unwashed and sulphurized). Rotan ini memiliki kadar air di atas 20%. Selanjutnya adalah proses pengolahan rotan menjadi bahan mentah.
Pengolahan rotan menjadi barang setengah jadi dan barang jadi: Pengolahan barang setengah jadi menghasilkan produk seperti rotan bulat kupasan, kulit rotan, hati rotan dan berupa komponen mebel terpisah. Sedangkan barang jadi adalah produk siap pakai yang terdiri dari mebel, tikar, lampit, keranjang, krei, lampu dan lain-lain. Pada beberapa industri pengolahan barang setengah jadi dan barang jadi biasa menjadi satu sehingga sulit membedakan tahap pengolahannya.
Bahan Baku Utama
Bahan baku utama industri kerajinan rotan adalah rotan olahan setengah jadi baik berukuran besar maupun kecil. Sebelum diolah menjadi kerajinan rotan, rotan dipanen setelah masak tebang untuk memperoleh rotan yang berkualitas. Pemanenan yang dilakukan tidak tepat dapat menghasilkan warna tidak cerah dan keriput. Pada rotan tanaman masak tebang diperkirakan antara 7-8 tahun untuk rotan berdiameter kecil dan 12-15 tahun untuk rotan diameter besar. Untuk pemanenan di hutan alam biasanya ditandai: sebagian daun menguning dan mengering, kelopak daun berwarna coklat kehitaman dan rontok, dan batang berwarna hijau tua. Pemanenan dilakukan pada musim kemarau untuk memudahkan pengeringan dan tunggak sisa panen tidak membusuk. Pemanenan dilakukan dengan memotong pangkal batang rotan dan selanjutnya ditarik dari rumpun atau batang pengait. Penarikan ini dapat menyebabkan batang rotan putus atau rusak terutama untuk rotan dengan diameter besar.
Setelah dipanen bagian ujung rotan dipotong untuk menghilangkan bagian yang muda. Bagian muda ini dapat merusak rotan dengan terserang jamur dan menurunkan mutu bahan menjadi keriput setelah mengering. Bagian batang yang tua selanjutnya dibersihkan dari duri, kelopak dan kotoran. Pada jenis rotan yang mengandung silika dilakukan proses runti, yaitu dengan melewatkan rotan pada sepotong bambu kemudian ditarik berulang-ulang atau memukul-mukul rotan dengan kayu. Rotan yang telah dibersihkan selanjutnya dipotong sesuai permintaan. Rotan berdiameter besar biasanya dipotong sepanjang 3 meter dan rotan diameter kecil dipotong sepanjang 6 meter. Selanjutnya rotan ikatan menjadi bundelan untuk dibawa kepengumpul. Pegangkutan dilakukan sesuai dengan jarak dan alat transportasi yang tersedia, biasanya ditarik oleh pemungut atau hewan ternak, diangkat dengan gerobak atau perahu. Pada proses pengangkutan terjadi kerusakan baik fisik seperti tergores, retak, pecah dan biologis seperti serangan jamur.
Pengumpul rotan selanjutnya mensortir untuk mendapatkan rotan yang berkualitas dan selanjutnya dijemur 2-3 hari menghasilkan rotan asalan/rotan bulat basah/UWS (unwashed and sulphurized). Rotan ini memiliki kadar air di atas 20%. Selanjutnya adalah proses pengolahan rotan menjadi bahan mentah.
Pengolahan rotan menjadi barang setengah jadi dan barang jadi: Pengolahan barang setengah jadi menghasilkan produk seperti rotan bulat kupasan, kulit rotan, hati rotan dan berupa komponen mebel terpisah. Sedangkan barang jadi adalah produk siap pakai yang terdiri dari mebel, tikar, lampit, keranjang, krei, lampu dan lain-lain. Pada beberapa industri pengolahan barang setengah jadi dan barang jadi biasa menjadi satu sehingga sulit membedakan tahap pengolahannya.
Pengolahan
barang setengah jadi Proses pengolahan rotan besar dan rotan kecil berbeda
sesuai dengan pemanfaatannya. Pada rotan besar proses yang dilewati meliputi:
polis kasar, polis halus dan pengampelasan (mesin), kikis kulit/scraping (mesin
kupas), pemutihan (pengasapan atau bahan kimia), pembengkokan/pelengkungan
(bakar/steaming/bahan kimia). Selanjutnya barang setengah jadi dapat di
bundling untuk dikirim atau diolah untuk memperoleh barang jadi. Pada rotan
kecil biasanya melalui proses pembelahan, kecuali sebagai natural cane pada
barang jadi. Proses yang dilewati meliputi: Perendaman, pembelahan, Trimming
kulit, pembentukan hati, pencucian, pemutihan, conditioning dan selanjutnya
dapat di bundling.
Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi maupun hasil proses diluar dari bahan baku utama. Bahan penolong yang digunakan adalah kayu, besi, serat pelepah pisang, eceng gondok, pandan laut, dan rotan sintetik (plastik).
Bahan Penunjang
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk melengkapi proses produksi adalah kemasan.
Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi maupun hasil proses diluar dari bahan baku utama. Bahan penolong yang digunakan adalah kayu, besi, serat pelepah pisang, eceng gondok, pandan laut, dan rotan sintetik (plastik).
Bahan Penunjang
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk melengkapi proses produksi adalah kemasan.
2. Aspek
teknis produksi
Pengolahan
rotan asalan dan setengah jadi menjadi suatu produk sangat tergantung pada
tujuan dan bentuk barang yang diinginkan. Sedangkan proses pembuatan produk
sangat tergantung pada kreasi, imajinasi, dan keterampilan pembuatnya. Proses
pembuatan barang jadi merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan dan
pengolahan rotan) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk jadi
secara manual). Pengusahaan barang jadi rotan merupakan usaha yang padat karya
atau menyerap banyak tenaga kerja manusia yang memiliki keterampilan. Proses
pembuatan furniture rotan secara umum terdiri dari beberapa tahap, sebagai
berikut.
3. Proses Produksi Furnitur Rotan Persiapan bahan baku
Pada tahap ini bahan baku dipersiapkan mulai dari jenis rotan, dan ukuran rotan yang dipakai. Selain itu dipersiapkan juga bahan penolong seperti dempul, amplas, sending sealer, top coat, pewarna, dan tinner.
Pembentukan Rotan
Pada tahap ini dilakukan pengukuran bahan baku dengan mempertimbangkan spilasi ukuran. Setelah itu dilakukan pemotongan bahan baku yang telah dibuat ukurannya. Dalam pemotongan akan dilakukan juga pembuatan sambungan antar rangka mebel. Setelah pemotongan selesai, kemudian dilakukan pembengkokan sesuai dengan model atau tipe yang direncanakan. Pembengkokan dapat dilakukan dengan cara dipanaskan dengan kompor semprot atau steaming oven.PerakitanProses ini merupakan kegiatan merangkai komponen-komponen yang telah dibuat sebelumnya. Perakitan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil dan berpengalaman karena sangat menentukan bentuk, ukuran dimensi, dan proses selanjutnya.
Pre-finishing, Finishing, pengeringan, dan seleksi
Pre-finishing terdiri dari beberapa tahapan yaitu amplas dasar, dempul, dan pengomporan. Sedangkan pada kegiatan finishing terdiri dari pewarnaan, penyemprotan melamin sending sealer, amplas sending, penyemprotan melaine top coat.
Pembuatan rangka
Proses pembuatan rangka rotan di pengrajin akan melalui beberapa tahapan. Pada proses awal rotan akan diberi perlakuan steam (pemanasan) di dalam suatu tabung alumunium berbentuk silinder memanjang selama 1,5 jam. Tabung steam (pemanasan) dapat memuat sebanyak 60 batang rotan berdiameter 26-28 mm untuk sekali pemanasan. Proses pemanasan ini dilakukan dengan uap panas yang dihasilkan dari proses perebusan air yang dihubungan dengan tungku pembakaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan pengrajin dalam membentuk rotan sesuai dengan rancangan bentuk produk yang akan dihasilkan karena biasanya rotan akan menjadi lebih lentur. Setelah proses pemanasan, rotan akan dikeluarkan dari dalam tabung dan mulai dibentuk dengan menggunakan alat tertentu (catok). Komponen yang sudah dibentuk tersebut kemudian akan disambungkan atau disatukan dengan menggunakan paku sehingga terbentuk rangka utama. Bekas sambungan antar komponen pada rangka biasanya akan ditutupi dengan kulit rotan yang tipis sehingga akan tampak lebih rapi. Kegiatan ini disebut dengan proses ikat. Pada tahapan akhir akan dilakukan proses dekor yaitu kegiatan penambahan beberapa komponen kecil pada rangka utama sehingga rangka terlihat menarik dan bernilai artistik. Proses dekor ini disesuaikan dengan gambar rancangan produk yang telah dibuat oleh perusahaan. Setelah itu produk akan diperiksa kelayakannya oleh mandor (QC) sebelum diangkut ke perusahaan.
3. Proses Produksi Furnitur Rotan Persiapan bahan baku
Pada tahap ini bahan baku dipersiapkan mulai dari jenis rotan, dan ukuran rotan yang dipakai. Selain itu dipersiapkan juga bahan penolong seperti dempul, amplas, sending sealer, top coat, pewarna, dan tinner.
Pembentukan Rotan
Pada tahap ini dilakukan pengukuran bahan baku dengan mempertimbangkan spilasi ukuran. Setelah itu dilakukan pemotongan bahan baku yang telah dibuat ukurannya. Dalam pemotongan akan dilakukan juga pembuatan sambungan antar rangka mebel. Setelah pemotongan selesai, kemudian dilakukan pembengkokan sesuai dengan model atau tipe yang direncanakan. Pembengkokan dapat dilakukan dengan cara dipanaskan dengan kompor semprot atau steaming oven.PerakitanProses ini merupakan kegiatan merangkai komponen-komponen yang telah dibuat sebelumnya. Perakitan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil dan berpengalaman karena sangat menentukan bentuk, ukuran dimensi, dan proses selanjutnya.
Pre-finishing, Finishing, pengeringan, dan seleksi
Pre-finishing terdiri dari beberapa tahapan yaitu amplas dasar, dempul, dan pengomporan. Sedangkan pada kegiatan finishing terdiri dari pewarnaan, penyemprotan melamin sending sealer, amplas sending, penyemprotan melaine top coat.
Pembuatan rangka
Proses pembuatan rangka rotan di pengrajin akan melalui beberapa tahapan. Pada proses awal rotan akan diberi perlakuan steam (pemanasan) di dalam suatu tabung alumunium berbentuk silinder memanjang selama 1,5 jam. Tabung steam (pemanasan) dapat memuat sebanyak 60 batang rotan berdiameter 26-28 mm untuk sekali pemanasan. Proses pemanasan ini dilakukan dengan uap panas yang dihasilkan dari proses perebusan air yang dihubungan dengan tungku pembakaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan pengrajin dalam membentuk rotan sesuai dengan rancangan bentuk produk yang akan dihasilkan karena biasanya rotan akan menjadi lebih lentur. Setelah proses pemanasan, rotan akan dikeluarkan dari dalam tabung dan mulai dibentuk dengan menggunakan alat tertentu (catok). Komponen yang sudah dibentuk tersebut kemudian akan disambungkan atau disatukan dengan menggunakan paku sehingga terbentuk rangka utama. Bekas sambungan antar komponen pada rangka biasanya akan ditutupi dengan kulit rotan yang tipis sehingga akan tampak lebih rapi. Kegiatan ini disebut dengan proses ikat. Pada tahapan akhir akan dilakukan proses dekor yaitu kegiatan penambahan beberapa komponen kecil pada rangka utama sehingga rangka terlihat menarik dan bernilai artistik. Proses dekor ini disesuaikan dengan gambar rancangan produk yang telah dibuat oleh perusahaan. Setelah itu produk akan diperiksa kelayakannya oleh mandor (QC) sebelum diangkut ke perusahaan.
Proses penjemuran krajinan rotan yang sudah jadi |
pembuatan kerangka pot bunga ukuran besar |
pembuatan kerangka pot bunga ukuran besar
|
Gambar pot bunga yang sudah jadi |
Proses pembuatan keranjang buah |
Proses pembuatan keranjang buah |
Gambar keranjang buah yang sudah jadi |
Admin blog bersama kerajinan rotan |
Admin blog bersama kerajinan rotan |